Napak Tilas Sejarah di Museum Brawijaya Malang

Museum Brawijaya Malang, awalnya saya tidak memiliki rencana untuk mengunjungi museum ini. Sayangnya karena waktu saya terbatas kalau untuk menuju Museum Angkut seorang diri dengan kendaraan umum, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi Museum Militer ini.



Museum ini ternyata menyimpan koleksian dan kisah kisah yang luar biasa serta tidak boleh kita lupakan. Bagaimana para pahlawan pahlawan terdahulu  berperang dan merelakan hidupnya untuk kehidupan kita saat ini. Saat kita memasuki area museum, kita akan disambut dengan sebuah tank tepat di gerbang masuk museum tepat di pos satpam. Tank amfibi AM-Track yang berukuran cukup besar ini digunakan oleh tentara Belanda yang hendak menduduki kota Malang pada pasa Perang Kemerdekaan I. Sayangnya usaha itu mendapatkan perlawanan di Jalan Salak antara tentara Belanda yang memiliki persenjataan lengkap dengan pasukan Pemuda Pelajar Anggota TNI Brigade 17 Detasemen I / TRIP Jawa timur yang senjatanya sangat minim dan terbatas sehingga mengakibatkan 35 orang anggota gugur. Tidak hanya itu tank yang digunakan pejuang Indonesia saat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dan mariam Canon 3.5 inch dengan nama si Buang juga tersimpan dengan rapi di museum ini. Selain itu banyak koleksian koleksian berbagai senjata yang saat itu berasil dirampas oleh pejuang Indonesia dari pasukan Jepang pada September 1945.


eehh....saya melupakan sesuatu. Pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan pada tahun 1962 oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman (mantan Pengdam VIII/Brawijaya tahun 1959 - 1962). Museum kemudian mendapat dukungan pemerintah daerah kotamadya Malang dengan penyediaan lokasi tanah seluas 10.500 meter persegi. Museum dibangun pada tahun 1967 dan selesai 1968. Nama museum sendiri ditetapkan berdasarkan keputusan Pengdam VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dan diresmikan pada tanggan 4 Mei 1968. Lokasi di jalan Ijen, Malang, Jawa Timur.

Hari kunjungan 
Senin - Kamis 08.00 - 14.30
Jumat 08.00 - 11.30
Sabtu - Minggu 08.00 - 13.00

Untuk harga tiket sekitar Rp 3.000,- 

Museum ini memiliki beberapa ruang yaitu :

Ruang Lobi

Di ruang lobi, terdapat dua relief di sebelah utara dan selatan, dan dua perangkat lambang-lambang kodam di seluruh Indonesia. Relief sebelah selatan menggambarkan wilayah kekuasaan Majapahit beserta armada lautnya yang sangat kuat, sehingga mampu mempersatukan seluruh Nusantara. Juga terdapat pahatan Raden Wijaya dalam bentuk Harihara. Relief sebelah utara menggambarkan daerah-daerah tugas pasukan Brawijaya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, menumpas sparatis dan pengacau keamanan, serta tugas internasional di luar negeri sebagai pasukan perdamaian PBB.

Halaman Tengah
Di halaman tengah terdapat dua buah benda koleksi yang sangat fenomenal, yaitu Gerbong Maut dan Perahu Segigir.

Ruang Koleksi I
Di ruang ini, pengunjung akan menemukan berbagai benda-benda koleksi, terutama berhubungan dengan perjuangan pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, sekitar tahun 1945-1949. Berikut beberapa benda koleksi di Ruang Koleksi I:
  1. Foto-foto Panglima Kodam di Jawa Timur sejak 1945 sampai sekarang
  2. Lukisan pakaian seragam PETA, HEIHO, dan pejuang
  3. Lukisan Pamen, Pama, Bintara, dan Tamtama prajurit PETA
  4. Burung merpati pos yang pernah digunakan sebagai kurir di daerah Komando Ronggolawe, Lamongan/Bojonegoro dengan front Surabaya pada tahun 1946
  5. Termos dibuat dari tempurung kelapa yang pernah digunakan oleh tentara PETA pada masa penjajahan Jepang
  6. Pedang samurai sebagai kelengkapan perwira Jepang yang berhasil direbut TKR dari tentara Jepang di perkebunan Ngrakah, Sepanon, Kabupaten Kediri
  7. Meja kursi yang digunakan untuk perundingan penghentian tembak-menembak (gencatan senjata) antara TKR/pejuang dengan Sekutu di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1945. Pihak Indonesia diwakili oleh Bung Karno, sedangkan pihak Sekutu diwakili oleh Mayjen Havtorn dan Brigjen Mallaby
  8. Senjata buatan pabrik senjata Mrican, Kediri tahun 1945-1946
  9. Alat perhubungan atau radio yang pernah digunakan oleh Denhub Brawijaya pada tahun 1945-1946
  10. Lukisan pertempuran Surabaya sekitar 10 November 1945
  11. Senjata-senjata hasil rampasan
  12. Peta pendudukan musuh dan kantong-kantong gerilya serta garis pertahanan TKR
  13. Peta Perang Kemerdekaan I (21 Juli 1947)
  14. Peta Perang Kemerdekaan II (19 Desember 1948)
  15. Peralatan yang pernah dipakai Jenderal Sudirman saat memimpin gerilya di Desa Loceret, Bajulan, Nganjuk
  16. Peta rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman
  17. Alat-alat kesehatan yang pernah digunakan dr.Harjono yang gugur menghadapi Belanda dalam pertempuran di Krian, Mojokerto pada tahun 1948
  18. Pakaian dan mantel Letkol dr.Soebandi, dokter Brigade III/Damarwulam merangkap Resimen Militer Jember
  19. Peralatan yang pernah digunakan Kapten Soemitro dalam Perang Kemerdekaan di Nongkojajar, Pasuruan pada tahun 1948
  20. Lukisan Jenderal Sudirman mengadakan inspeksi pasukan di Malang dalam rangka persiapan pemulangan tawanan perang Jepang
  21. Lukisan pertempuran terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby di depan Gedung Internatio, Jembatan Merah, Surabaya pada tanggal 30 Oktober 1945
  22. Lukisan pertempuran di depan Gedung Kempetai (markas tentara Jepang); tempat ini sekarang didirikan Tugu Pahlawan
  23. Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang di Stasiun KA Malang selatan (Stasiun Kota Lama) pada tahun 1945
  24. Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang ke Pelabuhan Probolinggo menuju Pulau Galang pada tahun 1945
  25. Lukisan serah terima samurai dari Brigjen Wabe Sigewa kepada Jenderal Sudirman pada tanggal 28 April 1946 Malang
  26. Mata uang yang pernah berlaku di Indonesia pada masa revolusi
  27. Senjata peninggalan TRIP yang pernah dipakai dalam pertempuran di Gunungsari tanggal 28 November 1945
  28. Mobil sedan keluaran pabrik Desoto USA tahun 1941 yang pernah digunakan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I/Jawa Timur 1948
  29. Panji-panji/lambang-lambang satuan yang pernah digunakan oleh kesatuan-kesatuan Kodam VIII/Brawijaya pada tahun 1945
Ruang Koleksi II
Ruang koleksi ini menyimpan benda-benda bersejarah pada masa Revolusi Indonesia setelah kemerdekaan, yaitu pada periode tahun 1950-1976. Sejumlah koleksi benda-benda dimaksud antara lain:
  1. Peta kota Malang dan perkembangannya
  2. Foto-foto burgemester dan walikota Malang dari zaman pemerintahan Belanda sampai sekarang
  3. Meriam dan bejana besi
  4. Senjata rampasan dari PRRI/Permesta
  5. Komputer pertama yang digunakan oleh Jawatan Keuangan, Kodam VIII/Brawijaya
  6. Maket patung Raden Wijaya sebagai Prabu Brawijaya
  7. Teks Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dari marmer
  8. Peta penugasan pasukan Brawijaya
  9. Alat musik yang dipernah digunakan oleh Detasemen Musik Kodam V/Brawijaya
  10. Peralatan perang yang pernah digunakan pasukan Brawijaya untuk merebut Irian Barat pada Operasi Trikora tanggal 19 Desember 1961
  11. Peralatan tradisional rakyat Irian Jaya
  12. Lukisan timbul Mayjen Soeharto sebagai Panglima Mandala dalam rangka merebut kembali Irian Barat
  13. Atribut Kapten dr.Arjoko dari Jawatan Kesehatan Kodam VIII/Brawijaya yang gugur di Irian Jaya pada bulan Maret 1964 akibat pesawat udara yang ditumpanginya jatuh di Ganyem, Irian Jaya
  14. Bendera Katanga
  15. Pakaian seragam tentara Papua buatan Belanda
  16. Meja dan lilin yang pernah digunakan sesepuh Brawijaya untuk asas pembinaan keluarga besar Brawijaya pada tahun 1966 di Candi Panataran
  17. Peralatan topografi yang pernah digunakan oleh Brigade Topografi Angkatan Darat pada tahun 1945
  18. Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Trisula dalam rangka penumpasan sisa-sisa komunis di Blitar Selatan tahun 1968
  19. Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Seroja di Timor Timur oleh pasukan Brawijaya tahun 1975-1976
  20. Album nama prajurit Brigif 2 Dharma Yudha yang gugur dalam Operasi Seroja
  21. Bendera Portugal hasil rampasan Brigif Linud 18 pada Operasi Seroja 1975
  22. Mata uang Jepang yang beredar di Indonesia
  23. Patung burung elang merupakan lambang satuan Brigif 10 yang dilikuidasi pada tahun 1975
  24. Piala dan tanda penghargaan dari satuan Kodam Brawijaya yang dilikuidasi

Perpustakaan

Selain menyimpan benda-benda dalam bentuk fisik, Museum Brawijaya juga memiliki koleksi dalam bentuk dokumen bersejarah yang berhubungan dengan perjuangan TNI, serta buku-buku karya umum dan referensi yang berhubungan dengan pengabdian terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengunjung bisa membaca berbagai informasi dan dokumentasi sejarah yang ada di perpustakaan Museum Brawijaya Malang.


  Tidak jauh jauh dari pertempuran 10 November, saya sempat mengingat sejarah kembali bagaimana tewasnya Jendral Mallaby sehingga menimbulkan pertempuran 10 November 1945 saat itu. Brigjen Mallaby adalah seorang perwira muda eksekutif Kerajaan Inggris dengan kariernya yang luar biasa. Namun jendral yang lahir pada 12 Desember 1899 ini harus mengakhiri hidupnya pada 30 Oktober 1945 pada umurnya ke 46 di Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur. Dia tertembak dan mobil Buick yang ditumpanginya meledak oleh granat. Sampai saat ini pun banyak versi yang mengatakan siapa pembunuh dari Jendral tersebut (menjaid misteri). Karena peristiwa tersebut, pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia namun tidak pernah di penuhi. Hingga akhirnya muncullah pertempuran 10 November 1945. 


Di museum ini terdapat beberapa foto lawas yang mengisahkan pemberontakan dan potret kota Malang tempo doeloe. Barang-barang peninggalan Panglima Besar Sudirman, termasuk komputer jadul yang ukurannya cukup besar juga menjadi bagian dari benda koleksi museum ini.







Kali ini penutupnya adalah cerita unggulan dan sempat viral. Yaitu kisah di balik Gerbong Maut.  Sebuah gerbong yang berada di Museum ini pernah menghebohkan masyarakat saat seorang pelajar berfoto di  salah satu gerbong yaitu GR10152  menampakkan sosok hantu wanita di  dalam gerbong. Lalu, saat ia akan mencetak foto, temannya yang juga ikut berkunjung ke museum ini kesurupan. Konon, kejadian mistis tersebut dipengaruhi oleh keberadaan makhluk gaib yang menunggu gerbong maut tersebut. Kejadian seperti ini ternyata bukan untuk yang pertama kali, tapi sudah sempat terjadi beberapa kali. Bahkan, selain penampakan ada banyak suara aneh nan misterius yang selalu menyelimuti gerbong maut ini. Behh….seremmm yaaa


Ada kisah apa di balik gerbong ini?


Kejadian ini terkait pada peristiwa agresi militer Belanda di Bondowoso. Saat itu masih banyak para pejuang bangsa termasuk tentara yang terus berusaha mempertahankan kemerdekaan. Semangat para pejuang ini dianggap berbahaya sehingga ditangkap oleh para penjajah. Namun, penjara Bondowoso sudah tak mampu menampung para tawanan. Setelah itu, para tawanan yang berjumlah sekitar 100 jiwa ini dipindahkan menuju penjara Bubutan yang ada di Surabaya.
Berdasarkan cerita, gerbong maut ini sebenarnya adalah gerbong barang dengan nomor gerbong GR5769, GR4416 dan GR10152 yang digunakan untuk mengangkut tawanan pada tanggal 23 September 1947 tepat jam 2 pagi menuju Surabaya. Total tawanan sejumlah 100 jiwa itu dibagi menjadi 3 gerbong sehingga setiap gerbongnya terisi sekitar 33 jiwa dengan kondisi gerbong yang sangat sempit dan pengap karena tak ada ruang udara yang masuk.
Jarak tempuh Bondowoso-Surabaya pun merupakan perjalanan panjang dan jauh. Ditambah hawa panas selama perjalanan ini membuat para tawanan seakan-akan terpanggang, hingga banyak korban jiwa yang meninggal selama perjalanan. Bisa terbayangkan kondisi yang begitu mengenaskan ini menimpa para pejuang bangsa hingga membuat mereka meninggal. Salah satu korban terbanyak dalam peristiwa tersebut berada di gerbong GR10152 yang kini tersimpan di Museum Brawijaya, Malang. 


Soooo.... Gimana kawan? Menarik juga kan menelusuri bagaimana peristiwa peristiwa sejarah masa lampau? selain kita bisa lebih menghargai bangsa kita sendiri, sejarah itu sendiri dapat memotivasi diri kita. So, jangan sia siakan pahlawan yang telah rela mengorbankan hidupnya untuk kehidupan kita saat ini!!!


Salam Sejarah
Salam Backpacker
Terimakasih sudah mampir!

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.