Apa itu Imlek, Cap Go Meh, Hingga Tradisi Angpao Dalam Budaya Tionghoa

Sumber: Shutterstock

Sama halnya dengan lebaran, Hari Raya Imlek adalah hari dimana orang orang Tionghoa akan berkumpul bersama keluarga besar dan mengikuti rentetan acara Imlek hingga merayakan Cap Go Meh di hari ke 15.

Imlek atau Sin Cia adalah tradisi pergantian tahun (Im = bulan, lek = penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau bahasa Mandarinnya Yin Li yang berarti kalender bulan (Lunar New Year). Berdasarkan sejarahnya, Sin Cia adalah sebuah perayaan para petani di Tiongkok yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama awal tahun baru. Perayaan ini juga berkaitan erat dengan perayaan datangnya musim semi dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 hingga tanggal 15 bulan pertama. Perayaan Imlek mulai dikenal sejak jaman Dinasti Xia, yang kemudian menyebar ke penjuru dunia, termasuk Indonesia oleh para imigran China.

Menurut legenda dahulu kala Nián (年) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri mereka meletakan makanan di rumah pada awal tahun. Mereka percaya jika Nian akan memakannya dan tidak akan membuat kerusuhan lagi. Suatu hari penduduk melihat Nian lari ketakutan saat melihat seorang anak mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk lalu percaya jika Nian takut warna merah. Oleh karena itu setiap datang tahun baru penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu kemudian menyalana kembang api untuk menakuti Nian. Adat adat ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過 年 ; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti “Menyambut Tahun Baru”, secara harafiah berarti “Mengusir Nian”. Sejak saat itu Nian tidak pernah datang kembali. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi. Dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.

Pada kepercayaan budaya Tionghoa, meletakkan sumber cahaya dan hiasan disudut rumah dipercaya mendatangkan kebaikan untuk fengshui rumah. Spesies bunga yang digunakan sebaiknya adalah bunga chrysant, orange citrus, Chinese narcissus, hydrangea, dan rhododendrons. Menurut kepercayaan Tionghoa, menghias rumah, pakaian, dan aksesoris berwarna merah dapat mengusir nian. Jadi pantas saja kalau Imlek sangat identik dengan yang berwarna merah merah atau warna yang berkilau seperti emas serta cahaya cahaya seperti kembang api.

Cap Go Meh adalah puncak dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh atau Yuan Xiaojie dalam bahasa Tiongkok adalah perayaan pada hari ke-15 Tahun baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa dan komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan Tio Cao yang artinya malam ke 15. Sedangkan pada dialek Hakka Cang Njiat Pan artinya pertengahan bulan satu. Imlek sendiri dirayakan pada tanggal 1 penanggalan Imlek yang biasa jatuh tempo pada sekitar akhir Januari sampai awal Februari pada penanggalan Masehi.

Masyarakat Tionghoa biasanya akan sangat antusias untuk menyambut hari ini dengan pawai dengan diikuti pertunjukan Barongsai atau Liong yang dimulai dari Vihara atau tempat ibadah. Masyarakat Tionghoa juga tidak lupa membuat lampion lampion dan menggantungkan lampion lampion berwarna merah di rumah ataupun di jalan jalan utama mereka. Lampion merah digantung selama perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna keberuntungan. Lampu yang cenderung berbentuk bulat ini dipercaya sebagai penerang rezeki penggunanya.

Tujuan dari perayaan Cap Go Meh sendiri adalah wujud dari rasa syukur dan berbagai harapan terhadap leluhur ataupun sesama umat manusia. Selain itu perayaan ini juga dapat membangkitkan, membangun, dan menguatkan identitas budaya Tionghoa.

Gong xi fa cai tidak memiliki arti selamat tahun baru. Gong xi fa cai berarti 'selamat dan sejahtera'. Kalimat Gong xi fa cai ini dipertukarkan saat Imlek sejak ribuan tahun yang lalu. Bagi anak-anak Imlek itu seperti lebaran, saatnya mengumpulkan angpao.

Angpao (Hong bao) adalah bingkisan dalam amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru. Angpao bukan monopoli perayaan tahun baru Imlek tetapi angpao melambangkan kegembiran dan semangat yang akan membawa nasib baik, sehingga angpao juga ada di beberapa acara seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru, dan lain-lain yang sifatnya suka cita atau kebahagiaan. Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu “Ya Sui”, yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak-anak berkaitan dengan pertambahan umur / pergantian tahun.

Untuk acara yang penuh kebahagiaan atau suka cita biasana angpao dalam angka genap, angka ganjil untuk kematian. Oleh karena angka 4 (empat) terasosiasi dengan ketidak beruntungan-pelapalan angka 4 (empat) bisa berarti ‘mati’ maka jumlah uang dalam amplop angpao tidak berisi 4 (empat). Walau demikian, angka 8 (delapan) terasosiasi untuk keberuntungan-pelafalan angka 8 (delapan) berarti 'kekayaan’ makanya jumlah uang di amplop angpao seringkali merupakan kelipatan 8 (delapan).

Orang yang membagikan angpao harus sudah menikah kepada yang lebih muda atau wajib diberikan kepada yang dituakan. Angpao ini ada dua macam, pertama adalah merajut gambar naga dengan benang berwarna, dan diletakkan di kaki ranjang. Kedua adalah angpao yang telah dibungkus uang. Angpao bukan seberapa besar yang ada di dalam amplopnya tetapi lebih bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk satu tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi. Tradisi ini pun banyak diikuti oleh masyarakat etnik lain saat lebaran.




Sumber :


Singgit Tiwut Atmojo dan Nova Wijaya. 2019. Pengaruh Festival Cap Go Meh Terhadap Peningkatan Pendapatan Pada Sektor Perdagangan dan Jasa Kota Singkawang. Pada Jurnal Bisnis Teori & Implementasi. Vol 10. No. 1: 41-51: Februari 2019. ISSN 2085-7721.

Nia Kurniati Syam, Rodlyah Khuzai, dan Maftuh. 2012. Imlek Sebagai Pranata Sosial Bagi Kerukunan Intra dan Antaretnik Tionghoa di Kabupaten Garut. Pada Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM : Sosial, Ekonomi, Humaniora. Hal. 293-302. ISSN 2089-3590.

Romadoni Huda F dan Riyadi Sariyatun. 2015. Asimilasi Budaya Tionghoa dan Budaya Jawa di Surakarta Pada Tahun 1966 dan 1998 dan Relevansi Bagi Pendidikan Multikultural. Pada Jurnal CANDI. Vol. 12. No.2. Oktober 2015.

Jepriyanti Br Tambunan, Sridevi Hautauruk, Zeco Hamos Sianno Pardede. 2017. Mitos Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek. Pada Jurnal Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya. Vol. 2. No. 2. Desember 2017.



Tag:
Imlek, Imlek2022, Imlek 2023, Ucapan Imlek 2022, Ucapan Imlek 2023, Tahun Baru Imlek, Imlek Tanggal Berapa, Resep Khas Imlek, Kartu Ucapan Imlek, Ucapan Imlek, Hari Raya Imlek

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.