Apa Itu Narkoba & Cara Mengobati Kecanduan Narkoba Serta Pengalaman pribadi

Beberapa tahun lalu, saya sempat tergabung dalam riset Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Saya sempat mengamati bagaimana kehidupan mereka, bagaimana pergaulan mereka yang sudah terjerat narkoba, memandang narkoba dari sisi mereka dan mendengarkan keluh kesah mereka. Di blog ini, saya ingin berbagai pengalaman dan mungkin juga dari pengalaman itu bisa kita petik dan ambil pembelajarannya. Sebelumnya saya akan menjelaskan pengertian Narkotika dan seperti apa proses mengatasi pecandu Narkotiba yang dilakukan BNN.

Sumber: alamy.es

Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Semuanya adalah jenis obat obatan yang dapat membuat kecanduan dan dapat mengganggu kesehatan serta kejiwaan. Menurut UU No.22 Tahun 1997 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tumbuhan dan atau bukan tumbuhan, baik yang sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat Adiktif adalah zat atau bahan lainnya yang bukan narkoba atau psikotropika yang mempunyai pengaruh pada kerja otak dan bisa menimbulkan ketergantungan.

Golongan NAPZA

Narkoba Golongan I: Adalah narkotika yang paling berbahaya. Karena daya adiktifnya paling tinggi. Golongan ini digunakan unutk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contohnya adalah Heroin, ganja, kokain, morfin, dan opium
Narkoba Golongan II: Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah: Benzetidin, petidin dan betametadol
Narkoba Golongan III: Adalah narkotika yang memiliki daya adiktif yang ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein dan turunannya.


Psikotropika Golongan I: Merupakan psikotropika dengan daya adiktif yang paling kuat, belum diketahui manfaat untuk mengobati dan sedang diteliti manfaatnya. Contohnya: LSD, MDMA, STP, dan Ekstasi
Psikotropika Golongan II: Merupakan psikotropika dengan daya adiktif kuat dan juga berguna untuk pengobatan serta penelitian. Contohnya adalah: Metamfetamin, amfetamin, dan mekualon
Psikotropika Golongan III: Merupakan psikotropika dengan daya adiktif sedang dan juga bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah: Lumiball, Fleenitrazepam, dan buprenorsina


Contoh Zat Adiktif : rokok, kelompok alkohol serta minuman lainnya yang terdapat kandungan enthyl etanol, inhalen atau sniffing (bahan pelarut) dalam bentuk zat organik (karbon), yang menimbulkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman beralkohol atau obat anastesik, jika aromanya dihisap maka akan memabukkan serta menimbulkan ketagihan, Thinner atau zat lainnya, penghapus cair seperti lem kayu, dan aseton, cat, bensin yang apabila dihirup akan membuat mabuk.


Cara Mengobati Kecanduan Narkoba

Narkoba atau narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya bisa memberikan efek kecanduan pada pemakainya. Cara mengatasi kecanduan narkoba juga sulit jika sudah terjerat dan apalagi jika sudah mengunakan dalam dosis yang tinggi. Karena jika tidak dapat terlepas makan dosis pemakaiannyapun semakin lama akan semakin tinggi. Jika sudah begitu, dampak tidak hanya di kehidupan sosial yang terganggu tetapi kesehatan juga akan terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian, contohnya overdosis atau bahkan terkena penyakit seperti HIV & AIDS yang dapat menimbulkan kematian.

Prosesnya hingga pengguna tidak lagi mengonsumsi narkotika tidaklah sebentar, karena tidak hanya kondisi fisik dan kesehatan saja yang dikembalikan seperti semula tetapi juga mental agar berhenti dan tidak menggunakan barang berbahaya tersebut lagi dan prosesnyapun sangat membutuhkan support dari orang sekitarnya khususnya keluarga. Salah satu cara mengobatinya yaitu dengan rehabilitasi. Layanan rehabilitasi telah disediakan oleh BNN. Secara umum ada empat langkah untuk mengatasi kecanduan narkoba, yaitu.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan oleh dokter dan terapis. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan apa saja efek samping yang muncul. Terapis akan menyembuhkan efeknya dahulu bsru melakukan rehabilitasi. Efek bisa berupa depresi atau gangguan prilaku. 
Detoksifikasi
Disini penyalahguna harus berhenti menggunakan obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa mulai dari rasa mual, badan terasa sakit, tertekan, stress, karena badan menagih obat tersebut. Dokter akan meringkankan efeknya dengen memberikan obat dan menganjurkan pasien meminum banyak air supaya tidak dehidrasi dan konsumsi makanan bergizi. Dalam proses ini motivasi diri dan dukungan keluarga serta orang orang yang dicintai sangatlah diperlukan.
Stabilisasi
Selanjutnya dokter akan menerapkan langkah stabilisasi. Tahapan ini untuk membantu pemulihan jangka panjang dengan memberikan motivasi dan pemikiran rencana kedepan agar kesehatan mental pasien tetal teejaga dan tak lagi menggunakan obat obatan terlarang tersebut. 
Pengelolaan Aktivitas
Pecandu yang sembuh kembali ke kehidupan normal. Support dan pendekatan keluarga sangat diperlukan pada tahap ini. Pemantauan pergaualan perlu juga diawasi. Karena banyak sekali pengguna yang sudah sembuh dan berjuang susah payah malah terjerumus kembali karena pergaulan yang salah. Oleh sebab itu pengelolaan aktivitas dan motivasi masa depan perlu ditanamkan dan diarahkan.

Selain layanan-layanan yang disebutkan di atas, disediakan juga konseling untuk keluarga, terapi psikologi, hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Semua layanan dan fasilitas yang diberikan oleh balai besar rehabilitasi BNN tidak dipungut biaya sama sekali kecuali penyediaan keperluan yang bersifat pribadi. Pendaftaran pun semakin dimudahkan via online atau datang ke instansi kesehatan terdekat misal rumah sakit jiwa dan BNN.

Pengamatan Pribadi Terkait Pengguna Narkoba
Banyak sekali alasan yang mereka berikan terkait awal mula yang membuat mereka kenal narkoba. Tapi sebagian besar karena pergaulan yang salah, keimanan atau komitmen diri yang kurang. Komitmen yang tidak akan menyenggol barang haram itu. Bergaul dengan teman teman yang sudah lebih dulu memakai barang tersebut juga bisa menyebabkan kita terseret. Awalnya hanya penasaran dan mencoba tapi lama lama membuat ketagihan. Awalnya hanya gratisan diberikan tapi lama lama akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan dan membeli obat tersebut bahkan tindakan kekerasan atau kriminal serta seks bebas dilakukannya. Ada yang kalang kabut entah harus gimana, ada yang terancam kematian karena HIV/AIDS. Hidupnya pun tanpa tujuan dan berantakan.

Terkadang mereka hanya ingin didengarkan. Terkadang mereka memiliki keluh kesah yang tidak tahu harus menceritakannya kemana. Terkadang teman cerita dari kegalauan dan stress pun hanya teman teman yang malah menjerumuskannya ke dalam narkotika. Narkotika beredar luas yang membuat mereka bisa mengakses bebas obat obatan tersebut. Keluarga, sibuk dengan urusan masing masing, tidak ada pendekatan apalagi berbagi keluh kesah. Tak merasa dicintai dan diperhatikan bahkan ada yang merasa tertekan di dalam lingkungan sosialnya sendiri. Kurangnya iman membuat mereka tak lagi mengenal Tuhan apalagi terpikir untuk bercerita kepada Tuhan. Lalu siapa yang salah? Pengguna narkoba bisa dikatakan salah? Apakah malah korban?

Saya akan memberikan beberapa kisah dari beberapa diantara mereka yang curhat kepada saya saat proses interview bahkan di luar proses interview. Saya mencoba memposisikan diri tidak hanya dari sudut pandang orang luar saja tetapi saya berusaha memposisikan diri dari sudut pandang mereka saat itu. Semoga bisa menjadi pembelajaran kita semua.

Sebut saja A & B, awalnya mengaku mantan penyalahguna narkoba dan pernah melakukan proses rehabilitasi. Tetapi setelah ditelisik mereka masih sering menggunakan obat obatan terlarang tersebut walau dalam dosis rendah dan jarang, akunya. Dulu dia mengenalnya dari seorang teman sepergaulannya, awalnya mencoba coba ingin terlihat keren dengan membeli obat obatan tersebut dikordinir oleh teman yang sudah lebih dulu memakai. Si A patungan untuk membeli obat dan menggunakan suntikan untuk saling berbagai satu sama lain. Kondisi overdosis pernah si A alami yang hampir membuatnya mati, ungkapnya. Ia juga pernah melakukan berbagai cara salah satunya turbo atau tukar body atau hubungan seks dengan penjual narkoba untuk mendapatkan narkoba gratis. 

Sedangkan si B, dia terjerumus kedalam komunitas yang melakukan seks bebas. Tapi itulah bumerang awal untuk hidupnya. Mereka berdua menyidap HIV/AIDS yang membuat mereka harus lebih menderita dari ketagihan narkoba. Berat badan mereka menyusut drastis berpuluh puluh kilogram. Terlihat karies di gigi mereka berdua dan beberapa tanggal. Rambut yang terlihat tipis mulai rontok, Mata yang terlihat besar agak kedalam karena wajahpun terlihat hanya tulang berlapis kulit. Mereka harus meminum obat penghambat virus HIV di tubuhnya setiap hari. Beberapa hari harus kontrol ke rumah sakit dan dengan orang batukpun mereka sangat takut. Karena diposisi mereka dengan daya tahan tubuh dan imunitas yang lemah, penyakit apapun bisa mudah masuk. Tak lama bertemu, aku mendengar kabar dari teman B jika B sudah meninggal dunia. Miris, miris sekali. 

Bagaimana dengan A? Ia masih patuh meminum obat, beberapa tahun ia menikah dengan seorang wanita yang tentu menderita HIV juga walaupun tidak sampai AIDS. Keduanya saling mencintai, ungkapnya. Yang menjadi permasalahan si A adalah statusnya yang mantan pengguna. Walau ia telah terhenti dan melakukan rehabilitasi. Tapi orang orang di sekelilingnya bahkan orang yang dia cintai masih sering menuduhnya menggunakan barang tersebut. Setiap dia sedikit pulang terlambat, keluarga dan isterinya akan menuduhnya bermain dangan teman teman narkoba lainnya padahal dia tak melakukannya dan akhirnya keributan rumah tangga terjadi. Isteri sering marah marah dan menuduh. Terkadang itu membuatnya pusing dan malah kembali ke pergaulannya dan mengonsumsi narkoba lagi. Sekalian aja aku ikutin apa yang isteriku tuduhkan walau awalnya setengah mampus aku menahan rasa ingin kembali memakai, ungkapnya. Setelah pandemi covid ini, saya tak tahu apakah si A ini mampu melewatinya atau tidak. Miris, sangat miris.

Sebut saja si C, saya juga cukup mengenalnya. Berbeda dengan si A dan si B, C benar benar mantan mengguna narkoba walau dia terlanjur menggunakan jarum suntik bersama sama pengguna lainnya dan membuatnya menderita HIV. Dia juga harus rajin meminum obat HIV.  Dia dipercaya menjadi bagian konselor narkoba di kotanya bahkan dia juga ikut bergabung di komunitas mantan pengguna narkoba dan komunitas HIV/AIDS yang dipantau langsung oleh seorang dokter penyakit dalam di provinsiku. Tentu hal tersebut membuatnya memiliki kegiatan, pekerjaan, masa depan, dan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi, dia menyesali apa yang sudah dia lakukan di masa lalu karena kelalaiannya hingga menggunakan barang haram itu. Tapi pikirannya sudah mulai tetata dan dia tak hanya memandang masa lalunya, masa lalu untuk pembelajaran saja, ungkapnya. Dia termotivasi untuk juga menyemangati para pengguna narkoba lainnya bahkan ia juga sempat memberikan banyak nasehat kepadaku supaya tidak menjadi seperti dirinya. 

Saya sempat mengunjungi rumah dan keluarganya terutama kakaknya. Kakaknya memang pernah juga memakai zat psikotropika saat muda. Tetapi sudah tak memakai kembali dan hidup normal sebagai pegawai, aku lupa di negeri atau swasta. Ternyata mereka sangat ramah ramah dan ternyata mensupport si C untuk berubah dan memperbaiki dirinya. Saya pernah bertanya apakah ia ingin menikah. Dia hanya tersenyum lalu menjawab "semua ingin menikah, termasuk saya. Hanya saja sayangnya boleh menikah dengan wanita sesama HIV yang entah siapa dan saya juga tidak boleh memiliki keturunan dari penginap HIV setelahnya".

Sebut saja si D, dia tidak menderita HIV tetapi memang mantan pengguna Narkoba. Hidupnya penuh liku liku. Aku akan ceritakan singkatnya saja. Menjelang tengah malam, aku bertemu dengannya untuk kedua kali saat interview temannya. Dia mengatakan jika kendaraannya hilang, tapi itu adalah kendaraan bos tempat bapaknya bekerja. Awal cerita dia dahulu nakal, bahkan tidak pernah pulang, ibuk dan bapaknya sangat menyayanginya namun memang pergaulannya yang salah. Dia mengikuti ego anak mudanya untuk memilih teman yang menurutnya menyenangkan. Akhirnya dia suka bolos sekolah dan gabung dengan anak jalanan. Dia keluar provinsi hingga ke kota besar sebagai anak jalanan dan meninggalkan keluarganya. Keluarganya berpikir jika dia sudah hilang. Di jalanan dia gantungkan hidupnya bersama teman temannya, percaya dengan teman temannya, konsumsi narkoba, bahkan hingga dipenjara. 

Hingga dua tahun lamanya, dia mulai lelah dengan rutinitasnya. Dia memutuskan untuk kembali ke rumah. Disaat di rumah, ia mendapati ibuknya kritis dan sakit keras, keluarganya memang bukan keluarga mampu dan bapaknya sudah tak memiliki apa apa lagi untuk berobat ibuknya. Bapaknya bekerja sebagai karyawan toko dengan orang lain. Dia berpikir mungkin karena dirinya, ibuknya banyak pikiran dan hingga sakit. Tak berapa lama ia pulang, ibuknya pun meninggal dunia. 

Disaat itulah ia sangat menyesali segala perbuatannya di masa lalu sebagai seorang anak. Dia menyesali telah meninggalkan ibuknya. Dia benar benar ingin bertobat. Bapaknya sangat mensupportnya. Ia diantar oleh bapaknya untuk rehabilitasi. Saat rehabilitasi dia diberikan pengarahan. Dalam proses pelepasan rehabilitasi, dia masih harus lapor dan datang ke tempat rehab sambil membantu bapaknya di toko bosnya. Dia ingin menjadi konselor narkoba. Dia harus mengikuti arahan. Karena bolak balik, bapaknya meminta tolong bosnya untuk dipinjamkan fasilitas motor. Akhirnya bosnya meminjamkan motor. Si D sangat senang, dia saat itu sudah taat beribadah, memiliki tujuan hidup dan motivasi hidup.

Namun sifatnya dari jalanan dan terbiasa percaya sama orang di jalanan, itu membuatnya tertipu. Saat di jalanan ia melihat seorang wanita jalan sendirian, si D merasa dia harus menjadi orang baik sekarang. Jadi dia menawarkan untuk mengantarkan wanita itu jika satu arah. Wanita itu meminta tolong si D untuk meminjamkan motornya sebentar saja ke rumah temannya untuk mengambil barang yang tertinggal (putar arah) karena handphonennya mati. Aku sedikit lupa apakah wanita itu memberikan jaminan tas atau apa, akhirnya si D meminjamkan motornya dan alhasil wanita itu tidak kembali lagi. Motornya hilang, raib, entah kemana.

Pertama kali pertemuanku dengannya ia tampak bersemangat, kedua bertemu ia baru cerita jika dia sangat kecewa dengan dirinya sendiri. Ia hanya ingin menjadi lebih baik untuk orangtua dan hidupnya sendiri. Dia sangat sedih marena harus mengecewakan bapaknya lagi. Sedangkan dia masih harus bolak balik untuk menggapai keinginan masa depannya. Tapi sekarang dia merasa benar benar hilang harapan dan kepercayaan. Sempat dia berpikir jika Tuhan mungkin tidak menyayanginya dan malah membuatnya sulit padahal ia ingin bertaubat dan merubah diri, tapi saya mencoba memberikan masukan jika mungkin semua ini adalah ujiannya dan resiko yang harus ia hadapi karena langkah yang salah di awal. Saya mencoba menyakinkan jika Tuhan memiliki rencana yang bagus untuk umatnya kalau ingin bertaubat dan berubah. Akan tetapi mungkin ia memberikan ujian dan mengetes seberapa besar rasa seseorang itu ingin bertaubat. Dia pun kemudian mulai menyesali mengapa dia harus mengenal narkoba dan pergaulan bebas. 

Banyak sekali cerita yang saya dapat dari beberapa orang yang saya wawancarai. Selain menjawab pertanyaan di kuesioner saya, mereka memang sekaligus bercerita. "maaf ya mbak saya jadi cerita panjang lebar, saya hanya ingin didengarkan. Selama ini saya juga bingung mau cerita ke siapa. Kalau ketemen laki laki sekeliling saya biasanya cuma dijawab seadanya bahkan malah dikasih rokok atau narkoba lagi" ungkap beberapa dari mereka. 

Terkadang mereka hanya ingin didengarkan segala keluh kesahnya, jika kita punya saran maka itu lebih baik lagi untuk mereka. Support keluarga, perhatian, kasih sayang dari keluarga serta selalu memantau anak anak sangatlah dibutuhkan. Menanamkan keimanan dalam diri anak sejak dini juga sangatlah perlu supaya mereka tidak berpikir buntu, supaya mereka ingat jika masih ada Tuhan tempat mengadu.

Di lembaga pendidikan, pengenalan narkoba sangat perlu diberikan. Tidak hanya pengenalan tetapi juga motivasi perlu diberikan supaya mereka menyadari bahaya apa saja yang akan terjadi untuk masa depannya kelak jika terjermus.

Instansi pemerintah harus giat juga mempromosikan rehabilitasi dan kalau bisa memberikan pengarahan yang motivasi secara dalam melalui pendekatan individu karena setiap individu punya alasan, masalah dan cerita mereka sendiri tentu masalah tersebut perlu jalan keluar dan saran yang berbeda. Mungkin konselor dari mantan pengguna bisa membantu untuk memotivasi pengguna yang tengah menjalani proses pemulihan setelah rehab. Supaya mereka sadar, termotivasi, dan mau berubah dari dalam diri mereka dengan melakukan rehab dari pada di penjara. 

Beberapa yang saya wawancarai mereka lebih memilih di lapas daripada di panti rehabilitasi. Alasanya karena takut dan tidak tahan untuk malakukan proses rehab yang membuat badan mereka sakit harus melepas menggunakan narkoba. Padahal itulah proses awal untuk lepas dari jeratan narkoba. Mereka kurang termotivasi dan kurang support dari diri mereka sendiri dan juga sosial termasuk keluarga dan orang yang dia cintai. Mereka memilih lapas beberapa dari mereka bilang karena masih bisa menggunakan narkoba lagi setelahnya.

Saya menganjurkan untuk pemerintah memperketat kembali lapas lapas khususnya untuk penyalahguna narkoba dan tetap mengadakan pengarahan dan motivasi untuk penyalahguna narkoba di lapas. Organisasi organisasi mantan narkoba atau korban NAPZA juga perlu ditinjau dan didekati. Karena mereka biasanya lebih bisa memerikan motivasi untuk teman temannya yang masih menggunakan narkoba. 

Mungkin itu saja saran dan masukan dari saya, dari pengalaman saya menjadi seorang Enumerator NAPZA. Semoga bisa berguna bagi semua pihak. Dari pelajar hingga instansi pemerintah yang membuat kebijakan. 

Salam sejahtera dan terimakasih sudah mampir ke blogku ini.



Sumber teori:

BNN Kab. Temanggung. Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif - Pengetian, Contoh. Di post pada 16 Januari 2022 Oleh Humas BNN melalui website https://temanggungkab.bnn.go.id/narkotika-dan-psikotropika-zat-adiktif-pengertian-contoh/

BNN RI. 4 Langkah Cara Mengatasi Kecanduan Narkoba. Di post pada 07 Januari 2819 Oleh Humas BNN melalui https://bnn.go.id/4-langkah-cara-mengatasi-kecanduan-narkoba/



Tag:
Narkoba, Narkotika, Spsikotropika, Zat Adiktif, Apa itu narkoba, Poster narkoba, Narkoba adalah, Poster anti narkoba, Mengapa peredaran narkoba semakin meluas, Bahaya narkoba, Jenis jenis narkoba, Pengertian narkoba, apa dampak penggunaan narkoba bagi keluarga pengguna, Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah penggunaan narkoba, Pidato tentang narkoba, Apa dampak penggunaan narkoba bagi bangsa dan negara, Gambar narkoba, Narkoba golongan 1, Jenis narkoba, 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.